Kam. Des 18th, 2025

Tentang Kami

Halo, selamat datang di “Mecome”!

Jika Anda ada di sini, saya bisa tebak: Anda memiliki sejumput adonan ragi di dalam toples kecil di meja dapur Anda. Anda menamainya (mungkin “Si Manis” atau “Gembul”), Anda “memberinya makan” setiap hari, dan Anda menungguinya mengembang dengan cemas.

Atau mungkin Anda baru saja mengeluarkan roti pertama Anda dari oven. Roti itu… keras seperti batu bata. Rata, tidak mengembang (gagal oven spring), dan bagian dalamnya padat (bantat).

Anda melihat foto-foto di Instagram: roti Sourdough yang cantik, mekar sempurna dengan “telinga” (ear) yang renyah dan rongga (crumb) yang berlubang-lubang indah.

Anda pun bertanya, “Kenapa punya saya tidak bisa seperti itu? Di mana salahnya?”

Percayalah, semua pembuat roti Sourdough pernah gagal di titik itu. Termasuk saya. Berkali-kali.

Cerita Saya: Ayu Pratiwi & “Batu Bata” Pertama Saya

Saya Ayu Pratiwi, pendiri “Mecome”. Saya adalah seorang home baker yang terobsesi dengan Sourdough. Tapi perkenalan saya dengan ragi alami ini bukanlah cinta pada pandangan pertama.

Itu adalah frustrasi.

Empat tahun lalu, di awal pandemi, saya memutuskan untuk membuat starter (ragi alami) dari nol. Saya mengikutinya dengan patuh: campur tepung dan air, tunggu. Hari ke-3, baunya aneh. Hari ke-5, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Gagal.

Saya coba lagi. Kali ini “hidup”! Saya memberinya makan. Dan di hari ke-10, saya mencoba membuat roti pertama saya. Saya menguleninya, melipatnya (stretch and fold), dan memasukkannya ke kulkas semalaman (cold proofing) persis seperti resep.

Hasilnya? Sebuah “batu bata” gosong seharga Rp 50.000 (harga tepung gandum utuh tidak murah!).

Saya sadar, Sourdough BUKAN soal resep. Resep Sourdough di seluruh dunia itu pada dasarnya sama: Tepung, Air, Garam, dan Starter.

Sourdough adalah soal PROSES dan ILMU. Ini adalah tentang “membaca” adonan. Ini adalah tentang memahami ragi liar dan bakteri yang hidup di dalam toples Anda.

Saya berhenti mengikuti resep secara buta. Saya mulai belajar mengapa:

  • Mengapa starter saya baunya asam seperti aseton? (Ternyata dia “kelaparan”).
  • Mengapa adonan saya lengket sekali? (Ternyata hidrasinya terlalu tinggi untuk tepung saya).
  • Mengapa roti saya tidak mekar? (Ternyata fermentasi akhirnya kurang lama).

Saya mengambil buku catatan. Saya mulai menimbang dengan presisi (baker’s math). Saya mencatat suhu ruangan. Saya memperlakukan starter saya seperti “peliharaan” yang butuh perhatian.

Setelah ratusan roti (dan puluhan kegagalan yang jadi crouton), saya akhirnya berhasil. Saya bisa secara konsisten membuat roti yang tidak hanya cantik, tapi juga wangi, empuk, dan memiliki rasa asam (tangy) yang pas.

Mengapa “Mecome”? (Filosofi Kami)

Nama “Mecome” lahir dari filosofi inti membuat roti: ME-ngaduk dan BE-COME (Menjadi).

Anda mengambil bahan paling sederhana (tepung dan air), Anda ME-ngaduk-nya, Anda merawatnya dengan sabar, dan adonan itu BE-COME (Menjadi) sesuatu yang hidup, bernapas, dan ajaib.

Misi kami di “Mecome” adalah mendokumentasikan proses itu. Kami ingin menjadi panduan paling detail, jujur, dan berbasis data untuk home baker Sourdough di Indonesia.

Kami ingin membuktikan bahwa Anda tidak perlu oven profesional seharga Rp 100 juta. Anda hanya perlu kesabaran, timbangan digital, dan panduan yang tepat.

Kami memegang teguh prinsip E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) untuk Anda (dan untuk Google AdSense):

  1. Pengalaman (Experience): Saya adalah 100% home baker. Saya menguji semua resep di dapur rumah biasa dengan oven tangkring dan dutch oven standar. Saya tahu rasanya gagal, dan saya tahu cara memperbaikinya.
  2. Keahlian (Expertise): Fokus kami sangat tajam: Sourdough Ragi Alami. Kami adalah spesialis. Kami tidak membahas roti ragi instan. Kami mendedikasikan blog ini untuk dunia fermentasi alami.
  3. Otoritas (Authoritativeness): Otoritas kami adalah jurnal dan eksperimen. Kami tidak hanya memberi resep. Kami memberi “Mengapa”. Kami menunjukkan foto crumb yang gagal dan menjelaskan penyebabnya. Kami menguji berbagai jenis tepung lokal.
  4. Kepercayaan (Trustworthiness): Kami 100% jujur. Membuat Sourdough itu SULIT di awal. Tidak ada “Sourdough 3 Jam Jadi”. Kami akan memberi tahu Anda realitanya. Kami akan menunjukkan kegagalan kami sama seringnya dengan kami menunjukkan kesuksesan.

Apa yang Akan Anda Temukan di Sini?

  • Panduan Starter 101: Cara membuat starter dari nol, cara “memberi makan”, dan cara memperbaikinya jika “sakit” atau mati suri.
  • Troubleshooting (Wajib!): “Kenapa Roti Saya Bantat?”, “Kenapa Starter Saya Bau Aneh?”, “Mengapa Adonan Saya Tidak Mengembang?”
  • Resep Terdokumentasi: Dari Classic Country Loaf, Sourdough Focaccia, hingga resep Discard (memakai sisa starter) seperti panekuk dan crackers.
  • Kamus Baker: Apa itu Autolyse, Bulk Fermentation, Stretch and Fold, dan Hydration?
  • Review Alat: Dutch Oven vs. Batu Pizza, Banneton Rotan vs. Plastik, Silet Roti (Lame) Murah vs. Mahal.

Roti Adalah Proses, Bukan Hasil Instan

Membuat Sourdough adalah latihan kesabaran. Ini adalah perjalanan. Jangan takut gagal, karena setiap roti yang “bantat” adalah pelajaran berharga.

Terima kasih telah bergabung dengan “Mecome”. Mari kita mulai “mengaduk” dan “menjadi” sesuatu yang luar biasa.

Punya pertanyaan soal starter Anda? Tulis di kolom komentar. Saya (Ayu) akan berusaha membantu Anda memecahkan masalahnya.

Salam Ragi,

Ayu Pratiwi Pendiri & Kepala Tukang Roti “Mecome”