Resep Roti Tawar Sourdough (Sandwich Loaf)
Ingin membuat roti tawar yang lezat dan sehat di rumah? Resep Roti Tawar Sourdough (Sandwich Loaf) adalah pilihan sempurna untuk mendapatkan tekstur lembut dan rasa alami dari fermentasi alami sourdough. Dengan mengikuti langkah-langkahnya, hasilnya akan memuaskan dan cocok untuk berbagai hidangan sandwich favorit.
Panduan ini akan membahas komposisi bahan, teknik fermentasi, proses pengepakan, serta variasi inovatif yang bisa diterapkan. Semua langkah disusun secara detail agar proses pembuatan roti menjadi lebih mudah dipahami dan dilakukan secara efektif di dapur sendiri.
Komposisi Bahan dan Proporsi dalam Resep Roti Tawar Sourdough (Sandwich Loaf)
Dalam pembuatan roti tawar sourdough yang sempurna, pemilihan dan proporsi bahan menjadi kunci utama untuk mendapatkan tekstur lembut, rasa yang khas, serta tekstur yang stabil. Memahami komposisi bahan tidak hanya membantu dalam mengikuti resep, tetapi juga memungkinkan untuk berkreasi sesuai preferensi dan kebutuhan diet. Pada bagian ini, kita akan membahas bahan utama serta bahan tambahan yang umum digunakan, disertai tabel perbandingan proporsi antara resep tradisional dan inovatif.
Selain itu, penjelasan fungsi setiap bahan dalam proses pembuatan dan hasil akhir juga akan diulas secara lengkap.
Daftar Bahan Utama dan Bahan Tambahan dalam Pembuatan Roti Tawar Sourdough
Dalam resep roti tawar sourdough, bahan utama biasanya meliputi tepung terigu, air, starter sourdough, dan garam. Sedangkan bahan tambahan dapat berupa mentega, gula, dan penambah rasa lain sesuai kreasi. Berikut adalah daftar lengkap bahan beserta satuan pengukuran standar yang digunakan:
- Tepung terigu protein sedang: 500 gram
- Air matang hangat: 300 ml
- Starter sourdough aktif: 100 gram
- Garam halus: 10 gram
- Mentega tawar, cairkan: 50 gram
- Gula pasir: 20 gram
Perbandingan Proporsi Bahan: Resep Tradisional vs Inovatif
Memahami perbedaan proporsi bahan dalam resep tradisional dan inovatif membantu dalam menyesuaikan tekstur dan rasa sesuai keinginan. Berikut tabel perbandingan yang menampilkan variasi bahan yang umum dipakai:
| Bahan | Resep Tradisional | Resep Inovatif |
|---|---|---|
| Tepung terigu | 500 gram | 480 gram |
| Air | 300 ml | 290 ml |
| Starter sourdough | 100 gram | 120 gram |
| Garam | 10 gram | 12 gram |
| Mentega | 50 gram | 60 gram |
| Gula | 20 gram | 15 gram |
Fungsi Masing-Masing Bahan dalam Proses Pembuatan dan Tekstur Akhir Roti
Tepung terigu: Sebagai bahan utama yang memberikan struktur dan elastisitas pada adonan, tekstur lembut serta kekenyalan saat digigit. Pilihan tepung dengan protein sedang cocok untuk roti tawar untuk hasil yang lembut dan tidak keras.
Air: Berfungsi untuk melarutkan bahan dan membantu proses fermentasi sourdough. Air juga menentukan kelembapan adonan, yang mempengaruhi tekstur akhir roti. Penggunaan air hangat mempercepat proses pengembangan gluten dan ragi alami.
Starter sourdough: Mengandung kultur alami ragi dan bakteri asam laktat yang bertanggung jawab atas proses fermentasi, rasa asam khas sourdough, serta tekstur yang lebih ringan dan berpori. Semakin aktif starter, semakin baik hasil fermentasi.
Garam: Memberikan rasa gurih dan membantu mengontrol aktivitas fermentasi, sehingga adonan tidak terlalu cepat mengembang dan tekstur roti tetap stabil.
Mentega: Memberikan kelembutan, rasa gurih, dan memperkaya tekstur roti. Selain itu, mentega membantu menjaga kelembapan bagian dalam roti selama disimpan.
Gula: Meningkatkan rasa manis secara halus dan mempercepat proses fermentasi dengan memberi makanan tambahan bagi ragi alami dalam sourdough.
Pengukuran Standar dan Proporsi Presisi
Penting untuk mengikuti satuan pengukuran yang tepat agar hasil akhir konsisten. Penggunaan timbangan digital untuk menakar bahan kering dan gelas ukur untuk cairan adalah metode terbaik. Proporsi bahan yang tepat juga mempengaruhi tekstur, rasa, serta kecepatan proses fermentasi, sehingga ketelitian dalam pengukuran menjadi aspek penting dalam pembuatan roti sourdough yang sempurna.
Teknik Fermentasi dan Penanganan Adonan Sourdough
Dalam proses pembuatan roti sourdough yang sempurna, fermentasi adalah tahap krusial yang menentukan tekstur, rasa, dan kualitas akhir roti. Memahami langkah-langkah mempersiapkan starter aktif, proses pencampuran, serta faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi dapat membantu Anda mendapatkan hasil yang konsisten dan memuaskan.
Pada bagian ini, kita akan membahas secara detail teknik fermentasi dan penanganan adonan sourdough agar prosesnya berjalan optimal dan menghasilkan roti dengan tekstur lembut sekaligus rasa asam yang khas.
Mempersiapkan Starter Sourdough yang Aktif
Starter sourdough adalah fondasi dari seluruh proses fermentasi. Untuk mendapatkan starter yang aktif dan sehat, diperlukan perhatian khusus dalam pemeliharaannya. Berikut langkah-langkahnya:
- Campurkan tepung dan air dengan rasio yang sesuai, lalu aduk hingga merata. Biarkan selama 24 jam pada suhu ruangan agar proses fermentasi alami mulai terjadi.
- Setiap hari, berikan makanan tambahan berupa tepung dan air dalam jumlah tertentu, sambil membuang sebagian starter lama agar populasi mikroorganisme tetap seimbang dan aktif.
- Perhatikan gelembung-gelembung kecil yang muncul sebagai tanda aktivitas mikroba, serta aroma asam yang khas. Jika starter berbuih dan berbau asam, berarti sudah cukup aktif untuk digunakan.
Saat starter mencapai keadaan aktif, biasanya setelah 5-7 hari, siap digunakan untuk proses pencampuran adonan utama.
Proses Pencampuran dan Fermentasi Adonan
Setelah starter aktif, adonan sourdough disiapkan melalui proses pencampuran dan fermentasi yang berlangsung selama 4 hingga 12 jam. Waktu ini sangat berpengaruh terhadap tekstur dan rasa roti akhir.
- Pada tahap awal, aduk bahan utama (starter, tepung, air, garam) hingga tercampur rata. Pastikan tekstur adonan lembab dan sedikit lengket.
- Biarkan adonan dalam wadah tertutup atau tertutup kain bersih pada suhu ruangan. Proses fermentasi ini memungkinkan enzim dan mikroorganisme bekerja, menghasilkan gas yang mengembang dan rasa asam.
- Durasi fermentasi bariwa tergantung suhu dan kelembapan ruangan. Pada suhu sekitar 24°C, fermentasi selama 6-8 jam biasanya cukup untuk mendapatkan adonan yang cukup mengembang dan beraroma.
Selama proses ini, adonan akan menunjukkan tanda-tanda seperti peningkatan volume, munculnya gelembung udara, dan tekstur yang sedikit kenyal. Perhatikan juga bau yang menyerupai asam atau fermentasi alami.
Diagram Alir Proses Fermentasi dan Perubahannya
Proses Fermentasi Sourdough:
- Pencampuran bahan dasar → Adonan basah dan lengket
- Fermentasi awal (0-4 jam) → Gas mulai terbentuk, adonan mengembang sedikit
- Fermentasi utama (4-12 jam) → Gas meningkat, adonan mengembang maksimal, aroma asam terbentuk
- Pengujian kematangan → Adonan elastis dan berukuran dua kali lipat dari awal
Diagram ini menunjukkan bahwa selama fermentasi, terjadi perubahan signifikan pada volume, struktur gas, dan aroma adonan. Pengawasan ketat diperlukan agar proses tidak terlalu lama atau terlalu singkat, yang dapat mempengaruhi hasil akhir roti.
Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi
Fermentasi optimal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, di antaranya suhu dan kelembapan ruangan. Berikut penjelasannya:
| Faktor | Pengaruh | Rekomendasi |
|---|---|---|
| Suhu | Suhu ruangan yang hangat mempercepat aktivitas mikroorganisme, sedangkan suhu dingin memperlambat fermentasi. | Idealnya, suhu sekitar 24–26°C untuk fermentasi yang cepat dan merata. Jika di tempat dingin, tambahkan waktu fermentasi. |
| Kelembapan | Kelembapan yang cukup membantu mikroba tetap aktif tanpa membuat adonan terlalu kering atau basah. | Pastikan wadah tertutup rapat dan ruangan tidak terlalu kering. Bisa juga menggunakan kain basah sebagai penutup. |
| Waktu Fermentasi | Waktu yang terlalu singkat menghasilkan adonan kurang berkembang, sementara terlalu lama bisa membuat adonan over-fermentasi dan kehilangan struktur. | Sesuaikan durasi dengan suhu dan tanda-tanda visual serta bau dari adonan. |
Dengan memahami dan mengontrol faktor-faktor ini, proses fermentasi akan berjalan optimal, menghasilkan roti sourdough yang lembut, beraroma khas, dan memiliki tekstur yang diinginkan.
Prosedur Pengolahan Adonan hingga Pembentukan Roti Tawar
Memahami langkah-langkah dalam mengolah adonan hingga proses pembentukan sangat penting untuk mendapatkan hasil roti sourdough yang sempurna. Setiap tahapan memiliki peran penting dalam menentukan tekstur, kekenyalan, dan kerapian bentuk roti akhir. Dengan mengikuti prosedur yang tepat, Anda dapat memastikan roti yang mengembang baik dan memiliki tekstur yang lembut serta merata.
Pada bagian ini, kita akan membahas secara detail proses pengulungan, pembentukan adonan, serta tips agar tekstur roti merata dan proses fermentasi berjalan optimal tanpa over-proof. Penanganan yang tepat akan membantu mendapatkan hasil akhir yang maksimal dan memuaskan.
Langkah-langkah Detail Pengulungan dan Pembentukan Adonan
Pemrosesan adonan sourdough untuk roti tawar memerlukan ketelitian dan ketelatenan agar hasilnya maksimal. Berikut tahapan yang harus dilakukan:
- Pembagian Adonan: Setelah proses fermentasi selesai, adonan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan ukuran roti yang diinginkan. Pastikan setiap bagian memiliki berat yang sama agar hasilnya seragam.
- Pembentukan Bola: Bulatkan setiap bagian adonan dengan cara menarik dan memadatkan permukaannya ke bawah menggunakan ujung jari dan telapak tangan, sehingga terbentuk bola yang halus dan elastis. Proses ini membantu mengencangkan struktur gluten dan memudahkan proses penggulungan berikutnya.
- Penggulungan (Shaping): Setelah adonan berbentuk bola, lakukan penggulungan untuk mendapatkan bentuk panjang dan rapi. Tekan-tekan adonan dari tengah ke arah tepi secara perlahan agar udara keluar dan tekstur adonan tetap elastis.
- Pengistirahatan (Bench Rest): Diamkan adonan selama beberapa menit agar gluten relaks dan memudahkan proses pembentukan selanjutnya. Biasanya sekitar 10-15 menit cukup.
- Pengulungan Akhir: Gulung adonan dari ujung ke ujung secara perlahan sambil menekan agar lapisan gluten terbentuk dengan baik dan tekstur roti menjadi halus serta padat. Pastikan ujung adonan tertutup rapat di bagian bawah.
- Pembentukan Roti Tawar: Letakkan adonan yang sudah tergulung di dalam loyang yang sudah disiapkan, dan biarkan sedikit melekat agar tidak bergeser saat proses pemanggangan.
Panduan Visual Teknik Pengolahan Adonan
| Langkah | Deskripsi | Tips |
|---|---|---|
| Pembagian | Adonan dibagi rata sesuai jumlah roti yang akan dibuat | Gunakan alat pemotong atau timbangan untuk akurasi |
| Pembentukan Bola | Menarik dan memadatkan adonan menjadi bola halus | Pastikan permukaan adonan halus dan tidak ada retakan |
| Penggulungan | Menarik dan menggulung adonan dari tengah ke tepi | Tekan secara perlahan untuk menjaga elastisitas gluten |
| Pengistirahatan | Diamkan adonan selama 10-15 menit | Ini membantu gluten relaks dan memudahkan penggulungan selanjutnya |
| Pembentukan Roti | Letakkan adonan dalam loyang dan biarkan mengembang | Pastikan permukaan rapi dan tertutup rapat |
Tips dan Trik Agar Tekstur Merata dan Mengembang Sempurna
Agar hasil roti sourdough memiliki tekstur yang lembut dan mengembang secara merata, beberapa tips berikut perlu diperhatikan:
- Pengulungan yang Tepat: Pastikan setiap adonan tergulung dengan rapi dan tidak terlalu kencang maupun terlalu longgar. Pengulungan yang terlalu kencang dapat menghambat pengembangan roti, sedangkan terlalu longgar menyebabkan tekstur tidak merata.
- Pengistirahatan yang Cukup: Memberikan waktu istirahat yang cukup di antara proses pengulungan agar gluten relaks dan adonan lebih elastis saat proses pembentukan akhir.
- Pemantauan Proses Proofing: Jangan over-proofing, yaitu proses fermentasi kedua yang terlalu lama, karena dapat menyebabkan roti menjadi terlalu lembek dan sulit mengembang saat dipanggang. Sebaliknya, pastikan adonan cukup mengembang namun tetap elastis.
- Pemakaian Loyang dan Oven yang Tepat: Gunakan loyang yang sudah diolesi mentega atau dialasi kertas roti agar roti mudah dikeluarkan dan tidak lengket. Pastikan oven sudah dipanaskan dengan suhu yang stabil sebelum memanggang.
- Penggunaan Uap saat Pemanggangan: Memberikan uap selama awal proses memanggang membantu roti mengembang dengan sempurna dan menghasilkan kerak yang renyah.
“Pengolahan adonan yang tepat dan penanganan yang teliti adalah kunci utama untuk mendapatkan roti sourdough yang lembut, mengembang sempurna, dan memiliki tekstur merata.”
Dengan mengikuti langkah-langkah ini secara konsisten dan memperhatikan tips yang diberikan, hasil roti sourdough Anda akan semakin optimal dan memuaskan, baik dari segi tekstur maupun tampilan.
Teknik Pemanggangan dan Pengolahan Akhir Roti Tawar Sourdough

Proses pemanggangan menjadi tahap krusial dalam menentukan tekstur, rasa, dan keempukan dari roti sourdough. Setelah adonan selesai dan proses fermentasi berjalan optimal, langkah berikutnya adalah mematangkan roti dalam oven. Teknik yang tepat tidak hanya memastikan roti matang merata, tetapi juga menjaga kelembutan serta kulit yang renyah dan cantik.
Pemanggangan yang tepat akan menghasilkan roti sourdough yang sempurna dengan tekstur lembut di bagian dalam dan kulit yang garing di luar. Selain suhu dan waktu, pengolahan akhir ini juga melibatkan pemeriksaan kematangan dan penanganan pasca panggang agar roti tetap segar dan nikmat saat disajikan.
Suhu dan Waktu Ideal dalam Proses Pemanggangan
Suhu dan durasi memang faktor utama dalam mendapatkan hasil akhir yang optimal. Biasanya, roti sourdough dipanggang dalam oven dengan suhu sekitar 220-230°C (430-450°F) untuk sekitar 25-30 menit. Suhu ini cukup tinggi untuk membentuk kulit yang renyah sekaligus memastikan bagian dalam matang sempurna.
Sebagai panduan umum, berikut adalah langkah yang bisa diikuti:
- Panaskan oven terlebih dahulu selama minimal 20 menit agar suhu stabil dan merata.
- Letakkan roti di rak tengah agar distribusi panas merata.
- Jika menggunakan oven dengan pengaturan uap, semprotkan air pada awal pemanggangan untuk membantu pembentukan kulit yang kokoh.
Selain itu, jika ingin tekstur kulit yang lebih tebal dan renyah, tambahkan waktu panggang sekitar 5 menit, tetapi harus diikuti dengan pengawasan ketat agar roti tidak gosong. Untuk roti yang lebih lembut dan empuk, waktu panggang bisa dikurangi atau suhu diturunkan saat mendekati akhir proses.
Memeriksa Kematangan Roti dengan Teknik Tertentu
Salah satu tantangan utama saat memanggang roti adalah memastikan bahwa roti benar-benar matang di bagian dalam. Teknik yang umum digunakan adalah mengetuk bagian bawah roti. Suara yang nyaring dan keras biasanya menandakan bahwa bagian dalam sudah matang dan tidak lagi lembek.
Sentuhan akhir yang baik adalah memeriksa tekstur kulit dan suara ketika diketuk, serta memanfaatkan termometer roti untuk memastikan suhu internal mencapai sekitar 95°C (200°F).
Selain itu, untuk memeriksa kematangan secara visual, permukaan roti harus berwarna cokelat keemasan. Jika kulit masih terlalu pucat, roti bisa dipanggang kembali selama beberapa menit. Menggunakan kipas oven (convection) juga dapat membantu sirkulasi panas lebih merata, sehingga hasil panggangan lebih konsisten.
Pendinginan dan Penyimpanan Roti agar Tetap Segar
Setelah proses pemanggangan selesai, penting untuk memberi waktu roti untuk dingin terlebih dahulu. Pendinginan di atas rak kawat selama minimal 1 jam memungkinkan uap di dalam roti keluar dan mencegah kulit menjadi lembek akibat uap yang tertahan.
Simpan roti dalam wadah kedap udara setelah benar-benar dingin untuk menjaga tekstur dan kelembutannya. Jika ingin menyimpan dalam jangka waktu yang lebih lama, roti dapat dibekukan. Pastikan membungkusnya dengan rapat menggunakan plastik atau aluminium foil, lalu taruh dalam wadah kedap udara atau freezer-safe bag.
Untuk menghangatkan kembali, roti bisa dipanggang sebentar dalam oven pada suhu 180°C (350°F) selama 10 menit agar tekstur dan rasa tetap terjaga. Hindari menyimpan roti dalam suhu ruangan terlalu lama, karena kelembapan dan suhu dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan hilangnya rasa segar.
Variasi dalam Proses Pemanggangan untuk Tekstur dan Rasa Berbeda
Pengolahan akhir dalam pemanggangan dapat dimodifikasi untuk mendapatkan tekstur dan rasa yang berbeda sesuai preferensi. Beberapa variasi yang umum dilakukan meliputi:
- Menggunakan suhu lebih tinggi di awal, lalu menurunkannya beberapa menit terakhir untuk menghasilkan kulit yang lebih garing dan warna yang lebih cokelat.
- Menambahkan uap selama 10-15 menit pertama untuk menciptakan kulit yang lebih keras dan berkilau, cocok untuk roti dengan lapisan renyah.
- Menggunakan metode panggang dengan suhu lebih rendah dan waktu lebih lama untuk mendapatkan roti yang sangat empuk dan lembut di bagian dalam, cocok untuk roti sandwich yang membutuhkan tekstur lembut.
- Experimentasi dengan bahan tambahan seperti rempah-rempah, biji-bijian, atau keju di atas roti sebelum dipanggang untuk menambah cita rasa dan tekstur unik.
Setiap variasi ini dapat disesuaikan dengan preferensi pribadi dan hasil akhir yang diinginkan, sehingga proses pemanggangan menjadi lebih fleksibel dan kreatif.
Variasi Resep dan Inovasi Roti Tawar Sourdough
Dalam dunia baking, kreativitas sangat diperlukan untuk menghadirkan variasi rasa dan tekstur pada roti sourdough. Menambahkan bahan-bahan inovatif seperti rempah-rempah, biji-bijian, atau keju tidak hanya memperkaya cita rasa, tetapi juga memberikan pengalaman baru saat menikmati roti tawar sourdough. Dengan sedikit modifikasi resep dan teknik, Anda bisa menciptakan variasi yang unik dan sesuai selera.
Pada bagian ini, kita akan membahas berbagai variasi bahan yang dapat digunakan, serta cara menyesuaikan waktu fermentasi agar hasilnya optimal. Selain itu, disertakan tabel perbandingan karakteristik setiap variasi untuk memudahkan pilihan sesuai keinginan dan kebutuhan.
Variasi Bahan dan Rasa dalam Roti Tawar Sourdough
Menambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam adonan sourdough memungkinkan terciptanya variasi rasa dan tekstur yang menarik. Beberapa bahan populer yang sering digunakan meliputi rempah-rempah seperti kayu manis atau jintan, biji-bijian seperti biji wijen, biji bunga matahari, hingga keju yang meleleh saat dipanggang.
Penggunaan bahan-bahan ini tidak hanya memberi peluang untuk bereksperimen, tetapi juga menyesuaikan roti dengan preferensi pribadi, apakah itu untuk rasa gurih, aroma khas, atau tekstur renyah di bagian luar dan lembut di dalam.
Berikut adalah beberapa variasi bahan yang sering digunakan dalam resep modifikasi:
- Rempah-rempah: kayu manis, jintan, pala, lada hitam
- Biji-bijian: wijen, biji bunga matahari, flaxseed, oatmeal
- Keju: cheddar, mozzarella, parmesan, gouda
- Bahan lain: potongan buah kering, rempah segar, biji wijen hitam, cokelat chip
Membuat Variasi Roti dengan Rasa dan Tekstur Berbeda
Karena bahan tambahan yang digunakan berbeda, proses pembuatan roti harus disesuaikan mulai dari penambahan bahan, waktu fermentasi, hingga teknik pencampuran. Untuk mendapatkan hasil terbaik, berikut beberapa langkah yang perlu diperhatikan:
- Pilihan bahan sesuai karakteristik: Misalnya, keju membutuhkan waktu fermentasi yang lebih singkat agar tidak terlalu lembek, sedangkan biji-bijian bisa ditambahkan saat pencampuran awal agar mendapatkan tekstur yang renyah.
- Penyesuaian waktu fermentasi: Bahan basah seperti keju atau buah kering mungkin memerlukan waktu fermentasi yang lebih pendek agar adonan tidak terlalu lembek dan hasil akhir tetap optimal.
- Teknik pencampuran: Pastikan bahan tambahan tercampur merata agar rasa dan tekstur tersebar secara uniform dalam roti.
Misalnya, untuk roti yang mengandung keju cheddar, direkomendasikan menambahkan keju setelah proses fermentasi utama agar tidak mengganggu struktur adonan. Sedangkan biji-bijian bisa dicampur langsung dari awal, memberi tekstur garing di bagian luar dan dalam roti.
Perbandingan Keunggulan dan Karakteristik Variasi Roti
| Jenis Variasi | Keunggulan | Karakteristik | Waktu Fermentasi |
|---|---|---|---|
| Roti rempah-rempah (kayu manis, jintan) | Wangi khas, aroma menggoda | Renyah, sedikit pedas, aroma rempah | Normal (sesuai resep dasar) |
| Biji-bijian (wijen, biji bunga matahari) | Tekstur renyah, sehat, bergizi | Garing saat digigit, tampilan menarik | Lebih singkat, agar biji tidak terlalu lembek |
| Keju (cheddar, mozzarella) | Rasa gurih, meleleh, tekstur lembut | Keduanya lembut dan creamy, aroma keju kuat | Lebih pendek, agar keju tidak terlalu cair |
| Bahan buah kering (kismis, cranberry) | Manis alami, tekstur chewy | Renyah dan lembut, rasa manis dan asam | Normal, sesuai proses fermentasi dasar |
Penyesuaian waktu fermentasi penting agar bahan tambahan tidak mengganggu struktur dan cita rasa roti secara keseluruhan.
Dengan memahami karakteristik setiap variasi, Anda bisa menentukan waktu fermentasi yang tepat agar bahan tambahan tetap menjaga tekstur dan rasa yang diinginkan. Eksperimen dengan proporsi dan waktu fermentasi akan membantu menemukan kombinasi terbaik sesuai selera dan kebutuhan resep.
Kesimpulan Akhir
Dengan memahami setiap tahapan dari pembuatan hingga inovasi resep, menghasilkan roti sourdough tawar yang sempurna menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Roti ini tidak hanya enak dan sehat, tetapi juga menambah kreativitas dalam menyajikan berbagai menu lezat di rumah.
Teknik ‘Scoring’ Roti Sourdough (Cara Membuat ‘Ear’ Yang Cantik)
Tidak Punya Dutch Oven? Ini 5 Alternatif Untuk Memanggang Sourdough
Kapan Waktu ‘Proofing’ Yang Tepat? (Tes Jari Dan Tanda-Tandanya)
Memahami Hidrasi Adonan Resep Sourdough Hidrasi Tinggi Vs Rendah
Resep Sourdough Focaccia (Roti Italia) Dengan Bawang Putih Dan Rosemary
Resep Roti Sourdough Gandum Utuh (Whole Wheat) Yang Lembut
Tips Merawat Starter Sourdough Saat Ditinggal Liburan
5 Kesalahan Umum Pemula Saat Membuat Starter Sourdough
Cara Menyimpan Starter Sourdough (Suhu Ruang Vs Kulkas)
Kamus Istilah Sourdough Autolyse, Bulk Fermentation, Proofing, Scoring